Selasa, 30 November 2010

Perkembangan Wisata Kuliner di Afrika

Piala Dunia 2010 akan segera digelar di Afrika Selatan pertengahan tahun ini. Negara penyelenggara tentunya akan disibukkan dengan banyaknya wisatawan yang berdatangan dari berbagai penjuru dunia. Mari kita simak perkembangan wisata kuliner di sana…

Cape Town telah dibangun dengan aroma rempah-rempah dan anggur, bahkan kota ini memiliki kekayaan makanan sejak pertengahan abad ke-17 Masehi. Kota ini sudah berubah menjadi kosmopolitan sejak petualang dari Belanda, Jan van Riebeeck, menemukannya pada 1652.

Cape dikenal sebagai “kota paling adil” sejak Laksama Inggris Sir Francis Drake mengaku kagum dengan keindahan yang dimiliki kota tersebut pada Juli 1580. Sejak saat itulah istilah itu selalu digunakan untuk memasarkan Cape Town modern hingga kini. Kota ini pun berkembang menjadi sebuah pelabuhan yang sangat sibuk. Berbagai jenis makanan di dunia ada di sini, bahkan bisa ditemukan di ratusan restoran terbaik. Cape Town telah menjadi “pusat makanan dunia”, terbukti ratusan restoran terbaik di kota itu menyuguhkan berbagai jenis makanan yang ada di dunia.

Pada abad ke-17, saat van Riebeeck datang ke kota ini untuk pertama kalinya, makanan dan minuman mulai berkembang sehingga membuat para pelaut dari perusahaan India Timur di Belanda tertarik untuk datang. Padahal, jarak dari Eropa ke daerah tersebut sekitar 6.000 mil. Banyak orang dari berbagai penjuru dunia mulai berdatangan dan tinggal di Cape dengan julukan “Kota Harapan Baik”.

Orang-orang yang datang bukan hanya kalangan tertentu saja, bahkan budak pun bisa bergabung. Tradisi kuliner di kota ini menunjukkan ada banyak pendatang yang awalnya adalah para tahanan dari Jawa yang tiba di Cape pada awal abad ke-18. Mereka akhirnya sangat dikenal memiliki keahlian di dapur. Banyak pemilik rumah yang kemudian memperkejakan juru masak orang Jawa. Komunitas “Melayu Cape” yang ada saat ini asal-usulnya adalah para juru masak yang berasal dari Jawa.

Sekarang ini banyak restoran di setiap jalan di Cape tidak menyuguhkan masakan tradisional karena masih didominasi oleh makanan Melayu Cape dan Belanda. Tapi, Anda tak perlu khawatir untuk mencari masakan tradisional di sana. Anda coba cari makanan Melayu Cape yang terbaik di sana, yang letaknya di pojok toko-toko. Nah, di sejumlah kafe (restoran) di jalan tersembunyi, Anda akan melihat seorang wanita yang sedang memasak di dapur bagian belakang. Carilah tempat-tempat itu dengan berjalan kaki, ikuti aroma masakannya, dan Anda akan menemukan sesuatu yang sedang dicari-cari, masakan tradisional di sana. Sayang, tidak ada peta jalan untuk menuju ke sana.

Tentang kondisi restoran, ada beberapa hal menarik. Dalam waktu 20 tahun ini, industri telah berkembang dengan cepat. Ada banyak restoran bistik, sedikit restoran khusus seafood, sedikit restoran khas Italia, dan sejumlah tempat-tempat yang mewah. Kini Cape Town telah menjadi pusat makanan global dengan diwarnai restoran-restoran asal Thailand, Vietnam, dan Jepang. Banyak juga restoran-restoran asal Inggris, Prancis, Jerman, Timur Tengah, Austria, Amerika, Amerika Selatan, dan tentunya Afrika.

Adonan makanan di sana banyak terpengaruh oleh masakan kuah pedas dari negara tetangga Mozambik, bekas jajahan Portugal dan merupakan komunitas Portugal terbesar di sana yang datang dari Angola, Madeira, dan Portugal itu sendiri. Beberapa orang di Inggris mengenal Nando, ayam yang bisa Anda temukan di berbagai kota dan desa di Inggris, merupakan yang paling disukai di Afrika Selatan. Ayam semacam itu dan juga udang merupakan hidangan di Afsel yang paling diminati. Ada juga “Potjiekos” (semacam sayur khas Afrika Selatan) dan sosis yang banyak disukai oleh masyarakat di sana.

Saat cuaca membaik, Anda bisa mencium bau bakar-bakaran ke mana pun Anda berjalan. Selama berkunjung ke Afrika Selatan, Biasanya Anda akan diundang ke sebuah acara “pemanggangan” di berbagai restoran di sana. Jika Anda diundang ke sana terimalah! Perhatikan bagaimana seseorang sedang memotong hewan dengan cara yang terbaik, lalu ia memanggang potongan-potongan dagingnya di atas tumpu api sebelum dihidangkan ke pengunjung. Tentu, itu akan menjadi pemandangan yang menyenangkan. Anda akan menikmati suasana menarik di sana.

Biasanya daging dibakar dengan menggunakan batu bara yang sangat panas, dan daging tersebut disusun secara rapi dan saling mendekat. Dengan cara seperti itu, kulit dan lemak akan terasa indah, kering, dan gurih, sementara gadingnya akan berwarna merah muda. Demikian halnya sosis yang baru saja dipanggang akan tampak basah setelah diangkat dari atas batu bara.

Anda perlu melihat beberapa restoran yang khusus menyediakan makanan asli masyarakat Afrika Selatan, yang terkenal sangat besar dan berisi, termasuk juga bahan makanan lokal di sana seperti bayam dan “bubur”, yang bentuknya hampir mirip dengan kentang yang dimakan disertai daging.

Ada beberapa jenis minuman di sana, misalnya “krim Amarula”, yang terbuat dari bah marula yang lezat. Buah ini banyak tersebar di berbagai pasar dan toko di sana.

Makanan di Afrika Selatan ternyata juga dipengaruhi oleh komunitas Yahudi, khususnya di Johannesburg dan Cape Town; ada banyak orang Afrika Selatan keturunan Yunani, juga Jerman, yang secara khusus tersebar di Mother City (julukan Cape Town). Dalam satu abad terakhir ini, ada banyak gelombang imigran dari negara-negara Afrika yang lain, seperti Nigeria, Republik Kongo, Zimbabwe, Mawawi, dan negara-negara yang lebih jauh lagi. Budaya dan makanan dari negara-negara tersebut memberikan pengaruh terhadap perkembangan makanan di Afsel yang kosmopolitan dan eksotis. Jadi, tak aneh jika ternyata ada hubungan yang inovatif di sejumlah restoran Cape.

Pada tahun 1990, juru-juru masak lokal di sana berkembang sangat cepat, dan ada yang lebih sukses daripada yang lain. Kini banyak restoran lokal yang menyediakan “makanan imajinatif” (penuh inovasi dan menarik), jadi bukan hanya sekedar sajian yang ada di piring.

Cape Town, tak diragukan lagi, merupakan ibukota makanan negara. Dalam beberapa tahun terakhir, restoran-restoran yang ada di kota dan beberapa tempat yang lebih dekat dengan kota, seperti Franschhoek, terpilih sebagai 100 besar (bahkan bisa 50 besar) yang terbaik di dunia (menurut sebuah majalan di Inggris, Restaurant). Dua restoran di sana, La Colombe di Constantia dan Le Quartier Francais di Franschhoek termasuk ke dalam 50 besar, bahkan di atas restoran Gordon Ramsay di London.

Restoran Ramsay, yang cabangnya sudah ada di Cape Town, berada tepat di kanan jalan dari Nobu. Letaknya di bagian lobi hotel One&Only yang sangat indah, di tepi laut Victoria dan Alfred. Nama Alfred bukan karena kebetulan dan juga bukan nama suami dari Victoria, tapi nama anak laki-laki Victoria yang pernah mengunjungi Cape saat masih muda beberapa tahun lalu.

Dalam satu bulan terakhir, Franschhoek banyak disukai oleh para penikmat makanan karena daerah ini sukses dalam memasarkan diri sebagai pusat makanan di Afsel. Meski demikian, kita bisa menyebut bahwa Cape Town merupakan pusat makanan di Afrika Selatan dan bahkan di Afrika itu sendiri. Selamat datang di Cape Town, dan Anda akan sangat menikmati hidangan di sana!


* goal
Lihat juga : marzano, pizza hut, sandwich

Tidak ada komentar:

Posting Komentar