Kamis, 04 November 2010

Melirik Kisah Makanan Indonesia di Eropa

KESEMPATAN untuk tinggal di luar negeri, apalagi di negara Eropa seperti Jerman dan Prancis memang membawa tantangan tersendiri. Dari segi positif, segala hal di negara-negara ini serbateratur, bersih, dan terjamin keamanannya. Tetapi, dari sisi negatif, rasanya keadaan serbasulit, apalagi jika kita sudah rindu masakan Indonesia.

Saat ini, di Indonesia, kita mungkin boleh berbangga hati jika bisa makan bebagai variasi sajian ayam dan menu-menu daging mewah setiap hari. Akan tetapi, semua bisa berubah jika kita berada di negeri lain. Tempe misalnya, makanan organik yang bisa kita temukan dengan harga murah meriah di Indonesia, di Jerman berubah menjadi makanan seharga daging ayam.

Harganya Cukup Mahal

Di Jerman yang memiliki kontur masyarakat yang sangat multikultur, mencari makanan Asia bahkan Indonesia memang bukan hal yang sulit. Kita bisa menemukan berbagai toko yang menjual makanan-makanan khas Asia bahkan Indonesia dengan cukup mudah. Akan tetapi, jangan menyangka kemudahan ini berarti kita bisa mendapatkan makanan-makanan ini dengan harga murah.

Di Toko Indonesia yang berada di Hamburg contohnya, untuk mendapatkan satu bungkus tahu, kita harus mengeluarkan uang sebesar 1,49 Euro atau sebesar Rp 18.775. Ingin tempe? Satu kotak tempe ukuran batu bata 400 gr bisa kita bawa pulang dengan harga 1,79 Euro atau setara Rp 22.250. Harga tempe ini nyaris sama dengan sekilo paha ayam yang dibandrol dengan harga 1,99 Euro.

Tempe yang beredar di Jerman kebanyakan pun bukan merupakan tempe impor karena Jerman sudah memiliki perusahaan lokal, Natural Vegetarian Food b.v, yang khusus memproduksi tempe. Jadi, harga mahal yang muncul di pasaran tempe di Jerman memang akibat harga pasaran tempe yang tinggi di negara itu.

Satu makanan yang menjadi idola di negara-negara Eropa saat ini adalah mi instan asli Indonesia, Indomie. Hampir seluruh toko yang menjual makanan Indonesia menyediakannya. Di beberapa negara seperti Mesir dan Nigeria, indomie bahkan sangat terkenal dan mengalami penyesuaian dengan selera lokal. Yang menakjubkan, di Jerman, satu kardus Indomie yang bisa kita dapatkan di pasar tradisional dengan harga Rp 40.000 perkarton--harus kita bayar dengan harga 13.49 Euro atau sekitar Rp 170.000.

Menjangkau Seluruh Eropa

Walaupun mematok harga yang berbeda jauh dari harga di Indonesia, toko-toko yang menjual bahan makanan Indonesia juga kebanyakan cukup lengkap dan cukup variatif. Anda mencari Kecap Manis Cap Bango? Ada. Kemiri, cabai keriting, agar-agar swallow, pondan tepung kue, mi telur, permen nano-nano, air kelapa, bahkan sayur-sayuran segar seperti pare dan pete pun ada. Kerinduan kita akan makanan tanah air sedikit banyak bisa teratasi.

Toko-toko ini pun melayani pengiriman di hampir seluruh negara Eropa. Asiatique di Prancis misalnya mematok harga 21 Euro untuk pengiriman barang per 15 kg atau 26 Euro per 25 kg. Harga ini memang tidak murah bila dibandingkan biaya pos di Perancis tetapi jauh lebih murah jika dibandingkan overweight koper dari Indonesia.

Untuk mensiasati ongkos kirim yang mahal, orang-orang Indonesia yang berada pada satu kawasan, biasanya akan memesan barang secara bersamaan sehingga mereka bisa membagi ongkos kirim. Tampaknya apapun akan dilakukan, demi makanan ala kampung halaman.

* OpenRice.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar