Senin, 25 Oktober 2010

Menikmati kambing Bakar Khas Arab

Kambing bakar madu racikan depot ini memang tersohor sejak dulu terutama di Surabaya. Karena lama tinggal di Jawa Timur maka wajar kalau racikan bumbunya tak berupa bumbu asli Arab yang medok tetapi lebih ringan bahkan cenderung disesuaikan dengan lidah Jawa. Maka tak heran jika rasa madu yang semburat manis langsung membuat orang Jawa Timur jatuh cinta pada sajian kambing ini.Terdengar obrolan karyawan dan ibu yang melayani kami dalam bahasa Jawa Suroboyo yang medok meskipun mereka keturunan Arab. Sebuah inkulturasi yang membuktikan bahwa bangsa Arab banyak berperan dalam sejarah budaya bangsa kita.
Penggila masakan kambing rasanya sayang kalau melewatkan sajian yang unik ini, daging kambing diolah dengan bumbu-bumbu khas Jawa plus sentuhan Arab yang unik. Daging kambingnya empuk, lembut dengan lumuran bumbu gurih plus cocolan sambal kecap yang legit. Mau coba Perkenalan saya dengan kambing bakar ini sudah agak lama dan berulang saat Wata Kitchen di Pasaraya dibuka. ''Depot Tanjung membuka gerai di food court tersebut. Saat melintasi jalan Tebet Utara untuk mencari toko kue, tiba-tiba mata saya tertuju pada papan nama kecil 'Depot Tanjung' yang ada di sebuah ruko kecil.

Pilihan menu yang lain juga tak kalah menarik sup sayur kambing, nasi kebuli, sup kikil kambing, marak kambing, sup kepala kambing dan roti cane. Nasi kebuli yang sudah saya incar ternyata hanya tersedia tiap hari Jum'at. Maka jadilah saya memesan sup sayur iga dan secangkir kopi rempah sebagai pelengkap.Perkawinan budaya Arab-Surabaya juga saya temui dalam sepiring kambing bakar madu yang panas mengepul, tersaji di atas piring. Potongan daging paha atas kambing berwarna kecokelatan, sedikit remahan caramel kecokelatan ada di bagian pinggir dekat tulang. Sobekan ringan dengan garpu sudah membuat daging kambing tersayat dagingnya saja nyaris lepas dari tulangnya.

Aroma lembut rempah langsung tercium. Gigitan pertama langsung terasa gurih, tanpa aroma prengus si kambing. Mudah dikunyah dan aroma rempahnya tak terlalu kuat tonjokannya. Ada aroma kapulaga, merica, bawang, kapulaga, cengkih dan kayu manis. Yang unik, lapisan madunya tidak terlalu berlimpah, terasa tipis dan justru membuat rasa gurih dan manis yang seimbang. Rasa karamel akibat tetesan madu yang gosong memberi aksen rasa unik. Apalagi saat dicocol sambal kacang dan kecap manis plus cabai rawit. Condiment ini mengingatkan pada sajian satai Madura yang tersohor.

Tampilan sup sayur iganya juga mengesankan. Kuahnya bening, dengan rasa kaldu yang gurih alami, tidak berlebihan rasa rempahnya. Sementara tulang-tulang dengan lapisan daging kambing yang tipis, sangat empuk dan gurih. Hirupan kuah hangat ini jadi penyegar yang pas setelah menyantap kambing bakar.Untuk pencuci mulut secangkir kopi rempah racikan depot Tanjung disajikan dalam cangkir. Serpihan biji kopi yang digiling bercampur dengan serpihan rempah mengapung di permukaan cangkir. Hirupan pertama langsung terasa racikan rempah yang kuah, ada aroma cengkih, kayumanis dan kapulaga yang menonjol. Rasa manisnya pas untuk membilas mulut sehabis menyantap daging kambing.[ygs]

Saat akan membayar bon di kasir, terlihat lemari kaca mungil yang berisi aneka produk dari Arab, mulai dari ramuan 3 demensi, penumbuh jenggot, heina, penghitam rambut sampai jintan, madu dan kopi rempah yang siap seduh.Untuk santapan yang unik dan lezat, harga yang harus dibayar tidaklah mahal. Seporsi kambing bakar madu Rp. 30.000, sup iga kambing Rp. 18.000, sup kikil kambing Rp. 18.000 dan kopi rempah Rp. 3.000. Kalau ada waktu rasanya saya akan kembali lagi ke depot ini, tentu saja di hari Jum'at untuk mencicipi nasi kebuli dan marak kambing yang enak.

* seruu
tamani, coffee bean, nelayan restoran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar