Senin, 25 Oktober 2010

Ikan Kukus Autentik Khas Thai

Jakarta - A new kid on the block! Begitulah julukan yang tepat untuk Cafe Degan yang hadir sejak bulan Maret 2010. Di sekelilingnya sudah lebih dulu hadir restoran-restoran populer dengan brand yang semakin kuat. Tidak jauh dari Sarong yang sedang naik daun, Cafe Degan bahkan berseberangan dengan Metis dan hampir bersebelahan dengan Sardine. Mampukah Cafe Degan bersaing? Padahal, Metis, Sarong, dan Sardine menampilkan chef dan restaurateur asing.

Cafe Degan mem-posisi-kan kekuatannya pada masakan autentik Indonesia-Thailand yang diolah sendiri oleh chef merangkap pemilik Degan Septoadji. Chef Degan antara lain berpengalaman kerja selama lima tahun di Banyan Tree, Bangkok.

Karena makan berdua, saya berkesempatan mencicipi berbagai hidangan sekaligus. Appetizer-nya saya pilih lawar ayam (Rp 38 ribu, khas Bali), dan yum pla foo (khas Thai). Lawar ayam-nya tampil biasa-biasa saja. Tetapi, yum pla foo-nya tampil prima. Ini adalah salad dari apel hijau yang dirajang julienne (seperti korek api), bawang bombay, wortel, dan daun ketumbar, kemudian disiram saus asam. Topping-nya adalah tumbukan kasar kacang tanah dan serpihan halus daging kakap garing. Unforgettable. Sueger banget!

Hidangan utamanya pun masih dipilih dari kedua regiun. Bebek goreng (Rp 70 ribu) khas Jawa/Madura/Bali, dan pla neung manao (ikan kukus, Rp 72 ribu) khas Thai. Semula saya sempat menganggap enteng si bebek goreng. Tetapi, setelah mencicipinya, saya langsung menyukainya.

Teksturnya yang moist di dalam, membuatnya sangat beda dengan crispy duck dari Bebek Bengil maupun Laka-Leke. Ketika saya memuji bebek gorengnya, dengan tersipu-sipu saya diberitahu bahwa ternyata tiga bulan sebelumnya William Wongso telah mencicipinya dan juga memberi acungan jempol. Memang mak nyuss!

Adapun ikan kukusnya pun sangat autentik Thai. Ikan kakap dikukus dengan tingkat kematangan yang tepat, disiram dengan saus asam campuran jeruk nipis, rajangan cabe rawit, daun ketumbar, dan bawang putih. Sederhana, namun kompleks membungkus citarasa yang komplet.

Saran saya yang terakhir: jangan memesan terlalu banyak hidangan utama. Soalnya, Cafe Degan juga sangat terkenal dengan berbagai pastries olahan pastry chef Yuyun. Pak Akbar Tandjung yang sudah singgah beberapa kali ke Cafe Degan, kabarnya sangat menyukai kudapan pencuci mulut di restoran ini.

Di daftar menu tampak beberapa dessert a la Thai, seperti tab tim grob (semacam pangsit dari water chestnut), maupun jajanan Jawa seperti kolak pisang. Ada juga rhubarb crumble, creme brulee, caramelized passion fruit chocolate tart, dan lain-lain. Saya pilih yuzu meringue tart (Rp 27 ribu). Yuzu (jeruk asam dari Jepang, yuja di Korea, youzi di China, rasanya mirip lemon dengan aroma jeruk) dengan aroma dan citarasanya yang sangat khas, akhir-akhir ini memang semakin digemari para chef. Wah, mak nyuss juga ternyata! Mulusss!

* detikfood

Tidak ada komentar:

Posting Komentar